“Membaca dapat membuka jendela dunia.”

Jumat, 14 Maret 2025

Logo

LOGO PERPUSTAKAAN WIDYA PUSTAKA SMPN 1 JIWAN

Logo Perpustakaan Widya Pustaka
SMP Negeri 1 Jiwan

Makna logo:
....



Kisah Anak Batu

Kisah Ibnu Hajar Si Anak Batu Yang Menjadi Ulama Besar


Aktivitas belajar:

  1. Simak terlebih dahulu video Hikmah Kisah Ibnu Hajar Al-Asqalani yang disampaikan oleh Ustadzah Rosmiati, S.Pd.I
  2. Bacalah penjelasan kisahnya pada bacaan yang tersedia.
  3. Kerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang tersedia dikerjakan pada buku tugas kalian.
Selamat belajar, semoga memperoleh ilmu yang bermanfaat. Aamiin

Tayangan Video

Simaklah tayangan video inspirasi berikut!
Video Kisah Hikmah oleh Ustadzah Rosmiati, S.Pd.I

Membaca Kisah penuh Hikmah

Mutiara Hikmah

Kisah Ibnu Hajar Al Asqalani, beliau adalah seorang anak yatim, Ayahnya meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika beliau masih balita. Di bawah asuhan kakak kandungnya, beliau tumbuh menjadi remaja yang rajin, pekerja keras dan sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta memiliki kemandirian yang tinggi. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 sya’ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir.

Nama asli beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun ia lebih masyhur dengan julukan Ibn Hajar Al Asqalani. Ibnu Hajar berarti anak batu sementara Asqalani adalah nisbat kepada ‘Asqalan’, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah (Gaza).

Suatu ketika, saat beliau masih belajar di sebuah sekolah (pondok), ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.

Beliaupun memutuskan untuk pulang meninggalkan sekolahnya (putus sekolah). Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh di dalam sebuah goa. Ketika berada di dalam goa pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. 

Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia diasah terus menerus maka ia akan menjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin, dan sabar.

Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar di jiwa beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid di sekolah itu.

Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau menjadi murid yang tercerdas dan melampaui teman-temannya yang telah menjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal di jaman kita sekarang ini.

Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr, dan lain-lain.

Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).

Catatan: 

“Kisah Ibnu Hajar Si Anak Batu di atas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta kontinyu dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa.

.... “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” .... ( QS. Ar Ra'd: 11 ).

Dikutip dari website MTsN 23 Jakarta pada tangga, 14 Maret 2025.

Lembar Kerja

  1. Siapa nama lengkap dari Ibnu Hajar Al-Asqalani?
  2. Di daerah mana Ibnu Hajar Al-Asqalani tinggal?
  3. Bagaimana keadaan dia pada masa kecil dan remajanya?
  4. Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah Ibnu Hajar Al-Asqalani?
  5. Apa saja yang merupakan karya besar atau prestasi Ibnu Hajar Al-Asqalani?
Selamat belajar!

Kamis, 13 Maret 2025

Kisah Teladan: Kejujuran

 

KEJUJURAN GADIS PENJUAL SUSU

Seri Cerita Anak Islami

Kalian saksikan terlebih dahulu tayangan videonya, kemudian lakukan literasi dengan membaca uraian penjelasannya. Kalian bisa mengambil hikmah / pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut.
Selamat menyaksikan!

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatthab r.a.

Kisah Kejujuran Seorang Gadis Penjual Susu. Menemukan teman atau seorang pekerja yang jujur di zaman saat ini mungkin terasa sulit, mengingat kondisi bangsa saat ini sedang carut marut terutama dalam masalah korupsi yang tak kunjung habisnya, tapi sahabat jangan salah karena sebenarnya juga masih banyak orang-orang yang jujur yang teguh dengan kejujurannya. Nah berbicara tentang kejujuran, yuk kita simak kisah berikut ini semoga dapat menjadi inspirasi pembaca sekalian.

Kisah Kejujuran Seorang Gadis Penjual Susu

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. 
"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.”
“Benar anakku,” kata ibunya.
“Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya.
“Hmmm….., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.

 Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah.”

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

“Tidak, bu!” katanya cepat.
“Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

 

“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.
“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?”


“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa.

 

“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”
“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya,“ tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.

 

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

 

“Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres. Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

” Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu. Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

LKPD Kisah Ibnu Hajar Al-Asqalani

Tugas P5 Kelas IX

Logo